Migrain dikenal sebagai salah satu penyakit paling umum di dunia dan, menurut studi Global Burden of Disease pada tahun 2019, migrain menempati urutan kedua di antara penyebab kecacatan di seluruh dunia.
Penderita kelainan saraf ini mengalami sakit kepala yang menimbulkan nyeri hebat dan berdenyut, seringkali pada salah satu sisi kepala, yang dapat disertai rasa lelah, mual, muntah, serta kepekaan terhadap cahaya dan suara. Gejala-gejala ini, yang dapat berlangsung berjam-jam atau bahkan berhari-hari, berdampak pada kehidupan masyarakat, pekerjaan – bahkan perekonomian yang lebih luas.
Namun, banyak penderita yang lambat dalam mencari nasihat medis atau tidak menyadari berbagai pengobatan yang tersedia, dan mungkin berpikir bahwa mereka hanya rentan terhadap “sakit kepala yang parah” atau merasakan efek samping dari beberapa penyakit fisik lainnya.
Oleh karena itu, sebuah inisiatif besar telah diluncurkan di Hong Kong untuk meningkatkan kesadaran akan migrain dan cara-cara untuk mengurangi dampaknya. Hal ini bertujuan untuk mendorong pemahaman dan tindakan yang lebih besar untuk membantu penderita mencegah timbulnya migrain atau mengurangi frekuensinya melalui pengobatan yang tepat bila diperlukan dan melakukan perubahan dalam gaya hidup, pola makan, dan rutinitas sehari-hari.
“Migrain adalah gangguan sakit kepala kompleks yang memengaruhi pembuluh darah dan jalur nyeri di otak,” kata Dr Yannie Soo, spesialis neurologi di Hong Kong. “Penyebab pastinya belum diketahui, tapi ada faktor genetik di dalamnya. Biasanya ada beberapa stimulan yang memicu serangkaian sinyal abnormal.